Jakarta, Menteri Ketenagakerjaan RI, Yassierli, menyoroti persoalan hubungan industrial yang menjadi salah satu pekerjaan rumah (PR) besar pemerintah. Ia menekankan bahwa seharusnya budaya hubungan industrial di Indonesia berakar pada nilai gotong royong, dengan kemitraan yang berkeadilan antara pengusaha dan pekerja, bukan hubungan yang sepihak.
Hal itu disampaikannya saat acara puncak perayaan Hari Lahir (Harlah) Ke‑70 Sarikat Buruh Puncak perayaan Hari Lahir (Harlah) Ke‑70 Sarbumusi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Ahad (28/9/2025).
“Hubungan industrial kalau kita memang ruh kita adalah budaya Indonesia, harusnya budaya kita itu lebih banyak kepada gotong royong, bagaimana harusnya terjadi mitra berkeadilan, gotong royong antara pengusaha dan pekerja. Tidak sepihak,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa tantangan ke depan akan semakin berat, terutama dengan tren peningkatan proporsi pekerjaan informal yang membuat hubungan industrial semakin kompleks.
Menurutnya, kunci sukses hubungan industrial yang sehat adalah berangkat dari budaya gotong royong yang saat ini masih cenderung berupa kemitraan yang tidak setara, di mana mudah sekali satu pihak mendzalimi pihak lain.
“Harapan besar kita hubungan industrial Pancasila, di situ ada gotong royongnya, musyawarahnya, keadilannya, ada persatuannya itu bisa kita wujudkan,” tegas Menteri.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah terus melakukan edukasi dan road show kepada perusahaan, serikat pekerja, dan kepala dinas ketenagakerjaan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Yassierli berharap semangat gotong royong yang pernah kuat di masyarakat Indonesia, seperti saat membangun pos ronda bersama tanpa ada klaim lebih, dapat kembali hidup di dunia kerja dan hubungan industrial.
“Dulu kita gotong royong bikin pos ronda, semua itu kemudian menikmati perannya masing-masing. Sesudah selesai gotong royong kemudian tidak ada yang mengklaim bahwa saya sudah bekerja lebih banyak makanya saya harus mendapat porsi nasinya, dua porsi atau tiga porsi, anggak. Karena mereka memiliki tujuan bersama. Itu yang ingin kita bangun kembali dari negara kita.”
Pada kesempatan itu, Yassierli turut menyampaikan apresiasi atas konsistensi Sarbumusi dalam memperjuangkan kesejahteraan buruh dan pekerja Indonesia.
“Saya berharap Sarbumusi tetap vokal, tetap semangat untuk memperjuangkan kesejahteraan buruh dan pekerja Indonesia,” tegasnya.
Yassierli menegaskan pentingnya perjuangan dalam isu-isu norma kerja dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja yang masih membutuhkan advokasi dan penegakan hukum yang ketat. Ia menyoroti masih banyak perusahaan yang membayar upah di bawah standar upah minimum, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak tanpa prosedur yang benar, serta berbagai bentuk diskriminasi yang harus diperjuangkan
Sumber: NU Online

